Kementerian ESDM Berikan Rekomendasi untuk Mencegah Kebakaran di Smelter Freeport Terulang, Evaluasi Sistem Operasional Dibutuhkan
- Jumat, 21 Februari 2025

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memberikan sejumlah rekomendasi kepada PT Freeport Indonesia (PTFI) menyusul insiden kebakaran yang terjadi di fasilitas smelter tembaga milik perusahaan tersebut di Gresik, Jawa Timur. Kebakaran yang melanda fasilitas Common Gas Cleaning Plant di area smelter tersebut menyebabkan kerusakan serius pada peralatan penting, seperti Wet Electro-Static Precipitator (WESP), serta beberapa ducting dan valves yang terintegrasi dalam sistem tersebut.
Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) menyatakan bahwa mereka telah melakukan investigasi untuk mengidentifikasi penyebab kebakaran serta langkah-langkah yang diperlukan agar kejadian serupa tidak terulang. Dalam hal ini, Direktorat Jenderal Minerba memberikan sejumlah rekomendasi strategis yang akan membantu meningkatkan keamanan operasional di fasilitas smelter Freeport.
Rekomendasi Keamanan dan Pemantauan yang Diberikan
Baca Juga
Tri Winarno, Direktur Jenderal Minerba Kementerian ESDM, mengungkapkan bahwa tim investigasi Direktorat Jenderal Minerba telah memberikan sejumlah rekomendasi penting kepada PTFI untuk mencegah terulangnya insiden kebakaran serupa di masa depan. Salah satu rekomendasi utama adalah pemasangan pengatur suhu atau detektor suhu yang lebih canggih di beberapa area penting dalam fasilitas smelter.
“Selain itu, kami juga merekomendasikan pemasangan kamera pemantau di area Wet Electro-Static Precipitator (WESP) untuk memudahkan pemantauan kondisi secara real-time. Ini sangat penting untuk mendeteksi potensi masalah sebelum terjadi kerusakan lebih lanjut,” kata Tri Winarno dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi XII DPR RI pada Jumat, 21 Februari 2025.
Selain itu, Kementerian ESDM juga menyarankan agar PTFI melakukan penjadwalan ulang untuk proses start-up heating, yang merupakan langkah penting dalam memastikan kesiapan teknis dan operasional fasilitas smelter. Proses pemanasan awal harus dilakukan dengan pengawasan yang ketat untuk memastikan semua peralatan berfungsi dengan baik selama commissioning.
"Kami juga mengingatkan agar start-up heating dilakukan pada waktu yang tepat, sehingga pengawas teknis dan operasional bisa memastikan bahwa semua peralatan telah siap digunakan sesuai dengan standar yang ditetapkan," lanjut Tri Winarno.
Sistem Pemadam Api Otomatis dan Instrumen Darurat
Rekomendasi lainnya yang diberikan adalah pemasangan sistem pemadam api otomatis di area WESP, yang dikenal sebagai salah satu area kritis dalam fasilitas smelter. Penambahan sistem pemadam api otomatis ini diharapkan dapat mempercepat penanganan kebakaran dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada peralatan yang sangat penting.
“Kami juga meminta agar PTFI menyusun instrumen tombol darurat yang mudah diakses oleh semua pihak yang berada di area kritis. Selain itu, penting untuk memasang alarm indikasi kondisi darurat yang dapat segera memberikan peringatan kepada petugas di control room dan lapangan jika terjadi hal yang tidak diinginkan,” jelas Tri Winarno.
Kementerian ESDM juga mengusulkan agar PTFI mencari referensi dan menerapkan teknologi serta prosedur yang digunakan oleh perusahaan lain yang memiliki kegiatan operasional dan pengolahan yang relatif sama, untuk memastikan penerapan standar keselamatan yang lebih baik.
“Pemilihan teknologi dan sistem operasional yang lebih efisien sangat diperlukan, dan kami mendorong PTFI untuk terus mencari solusi yang lebih baik guna meningkatkan kualitas keselamatan dan kinerja operasional mereka,” tambah Tri Winarno.
Pentingnya Manajemen Risiko yang Lebih Mendalam
Salah satu rekomendasi paling mendasar yang disampaikan oleh Kementerian ESDM adalah perlunya dilakukan assessment yang lebih mendalam terkait manajemen risiko di fasilitas smelter. Tri Winarno menjelaskan bahwa manajemen risiko yang baik akan membantu pihak perusahaan mengidentifikasi potensi bahaya dan mengurangi kemungkinan terjadinya insiden serupa di masa depan.
“Penyederhanaan sistem dan prosedur juga perlu dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasional. Hal ini penting agar semua pihak yang terlibat dalam operasional fasilitas bisa lebih memahami dan melaksanakan prosedur keselamatan dengan lebih baik,” ujar Tri Winarno.
Penjelasan Mengenai Insiden Kebakaran
Di kesempatan yang sama, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Tony Wenas, memberikan penjelasan lebih lanjut terkait insiden kebakaran yang terjadi di fasilitas Common Gas Cleaning Plant. Tony menjelaskan bahwa fasilitas ini berfungsi untuk menangani emisi gas SO2 (sulfur dioksida) yang dihasilkan dari proses pembakaran konsentrat tembaga dalam furnace.
Menurut Tony, proses produksi di smelter Freeport mengharuskan konsentrat tembaga dibakar dalam furnace, menghasilkan gas SO2 yang sangat berbahaya bagi lingkungan jika tidak ditangani dengan benar. Oleh karena itu, gas tersebut harus ditangkap dan dibersihkan di fasilitas Common Gas Cleaning Plant sebelum dialirkan ke pabrik pengolahan asam sulfat.
“SO2 adalah gas yang sangat berbahaya, sehingga tidak bisa begitu saja dilepaskan ke udara tanpa pengolahan terlebih dahulu. Fasilitas yang menangkap dan membersihkan gas ini adalah Common Gas Cleaning Plant yang mengalami kebakaran,” jelas Tony.
Pemerintah dan Freeport Sepakat untuk Meningkatkan Standar Keselamatan
Dengan segala rekomendasi yang telah disampaikan, baik oleh Kementerian ESDM maupun PTFI, diharapkan bahwa insiden kebakaran di smelter tembaga Freeport tidak akan terulang lagi di masa depan. Pihak Kementerian ESDM dan Freeport Indonesia pun sepakat untuk meningkatkan standar keselamatan serta memperkuat sistem operasional dalam rangka menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan efisien.
“Pemerintah dan Freeport Indonesia akan terus bekerja sama untuk memastikan bahwa seluruh fasilitas beroperasi dengan standar keselamatan yang tinggi. Kami tidak ingin ada lagi insiden serupa yang membahayakan pekerja dan merusak fasilitas,” kata Tri Winarno.
Kebijakan Keamanan untuk Masa Depan Industri Smelter
Industri smelter tembaga, seperti yang dijalankan oleh Freeport, memiliki tantangan besar dalam hal pengelolaan risiko, terutama terkait dengan emisi gas berbahaya dan potensi kebakaran. Oleh karena itu, penerapan sistem pemantauan yang lebih canggih, penggunaan teknologi yang lebih baik, serta peninjauan ulang sistem manajemen risiko menjadi langkah yang krusial untuk mengurangi potensi bahaya.
Kementerian ESDM dan Freeport Indonesia berharap bahwa dengan langkah-langkah yang telah disepakati, sektor pertambangan dan pengolahan mineral Indonesia bisa terus berkembang dengan lebih aman, efisien, dan berkelanjutan.
“Dengan semua upaya ini, kami yakin bahwa Indonesia dapat menciptakan standar keselamatan yang lebih baik dan menjadi contoh bagi perusahaan tambang lainnya di dunia,” tutup Tri Winarno.

Wahyu
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Redmi 15C Hadir dengan Desain Ramping dan Baterai Besar
- 11 September 2025
2.
Tecno Pova Curve 5G Hadir dengan Desain Futuristik
- 11 September 2025
3.
INOI A75 Elegance Hadir dengan Kamera 50MP Canggih
- 11 September 2025
4.
Motorola Edge 60 Series Hadir dengan Fitur Unggulan
- 11 September 2025
5.
OnePlus 10 Pro Tawarkan Kinerja Handal dan Desain Menawan
- 11 September 2025